Pentingnya Dukungan Sosial Untuk Mencegah Stress Pada Lansia- Seiring bertambahnya usia, banyak lansia menghadapi berbagai perubahan signifikan dalam kehidupan mereka, seperti pensiun, kehilangan teman atau pasangan hidup, atau bahkan masalah kesehatan fisik yang mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Dukungan sosial tidak hanya menjadi penopang emosional, tetapi juga merupakan faktor kunci dalam memelihara kesehatan mental mereka (Mudakir et al., 2022). Menurutnya, interaksi sosial yang teratur tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga dapat mengurangi risiko stress karena lansia merasa didukung, dihargai, dan terhubung dengan dunia di sekitar mereka. Stres pada lansia pada hakikatnya merupakan suatu keadaan ketidakseimbangan yang berdampak pada seluruh tubuh sebagai akibat dari ketidakseimbangan struktur kekuasaan biologis, psikologis, dan sosial. Ketidakseimbangan ini menyebabkan menurunnya kemampuan mempertahankan hidup yang pada akhirnya menyebabkan kematian (Maimunah, Rusdianingseh, Shodiq, & Hasina, 2023). Kondisi ini sering diperparah oleh berbagai faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh lansia, seperti penyakit kronis, kehilangan pasangan atau orang terdekat, isolasi sosial, dan penurunan fungsi fisik.
Ciri-ciri stress pada lansia
- Perubahan suasana hati yang persisten
Lansia ysng mengalami stress mungkin menunjukkan perubahan suasana hati yang persisten, seperti kesedihan yang mendalam, kekosongan emosional, atau perasaan putus asa. Mereka mungkin juga cenderung menarik diri dari interaksi sosial.
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan
Mereka mungkin kehilangan minat dalam kegiatan yang mereka nikmati sebelumnya, seperti hobi, olahraga, atau pertemuan sosial. Hal ini dapat berdampak pada kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
- Perubahan pola tidur atau makan
Stress pada lansia dapat mempengaruhi pola tidur dan makan mereka. Mereka mungkin mengalami insomnia atau tidur berlebihan, serta kehilangan nafsu makan atau justru meningkatnya keinginan untuk makan.
- Gangguan kognitif atau kesulitan konsentrasi
Lansia yang menderita sering mengalami kesulitan konsentrasi, kebingungan, atau perasaan ‘kepala kosong’. Mereka mungkin juga mengalami gangguan daya ingat atau kesulitan membuat keputusan sehari-hari.
Faktor-faktor penyebab stress pada lansia
- Perubahan dalam Kehidupan Sosial
Perubahan signifikan dalam kehidupan sosial, seperti pensiun atau kehilangan teman dan pasangan hidup, sering kali menjadi pemicu utama stress pada lansia. Lansia yang menghadapi perubahan ini mungkin merasa terisolasi atau kehilangan sumber dukungan yang penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan dapat memainkan peran besar dalam mengurangi rasa kesepian ini, memberikan lansia kesempatan untuk tetap terhubung dengan orang lain dan menjaga keseimbangan emosional mereka.
- Masalah Kesehatan Fisik
Kondisi kesehatan yang menurun atau kronis dapat menyebabkan rasa putus asa atau frustasi yang mendalam. Lansia yang menghadapi masalah kesehatan ini mungkin merasa tidak mampu menjalani kehidupan dengan cara yang mereka inginkan, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Dukungan emosional dari keluarga dalam hal ini tidak hanya membantu mengelola gejala fisik, tetapi juga memberikan ketenangan pikiran dan motivasi untuk menjaga kesehatan secara umum.
- Perasaan Tidak Berguna atau Tidak Diperlukan
Perasaan tidak berguna atau tidak memiliki peran yang jelas dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah serius bagi banyak lansia. Setelah pensiun, misalnya, mereka mungkin merasa kehilangan tujuan atau makna dalam hidup mereka. Dukungan dari keluarga dalam hal ini dapat membantu mereka menemukan kembali rasa pencapaian dan nilai pribadi mereka. Mengajak mereka untuk terlibat dalam kegiatan yang memberikan kepuasan atau memiliki arti dapat meningkatkan rasa harga diri dan mengurangi risiko stress.
- Kehilangan Kemandirian
Bergantung pada orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya dapat mereka lakukan sendiri dapat mempengaruhi harga diri dan citra diri mereka secara signifikan. Keluarga dapat membantu dengan memfasilitasi kemandirian sebisa mungkin, seperti menyediakan bantuan yang diperlukan tetapi juga mendorong kemandirian yang dapat dipertahankan. Dukungan ini tidak hanya memperkuat rasa kontrol pribadi mereka, tetapi juga mengurangi kemungkinan perasaan putus asa atau terisolasi yang bisa menyebabkan stress.
Upaya untuk Mengurangi Stress pada Lansia
- Mendorong Keterlibatan Sosial
Melalui interaksi dengan teman-teman, keluarga, atau anggota komunitas lainnya, lansia dapat merasa didukung, terhubung, dan memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan sosial juga dapat membantu menjaga fungsi kognitif dan emosional mereka tetap aktif.
- Aktivitas Fisik yang Teratur
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar serotonin dan endorfin dalam tubuh, yang dapat meningkatkan suasana hati dan meredakan stres. Selain itu, olahraga juga membantu menjaga kesehatan fisik secara keseluruhan, yang berkontribusi pada perasaan baik secara mental.
- Terapi dan Konseling
Terapis atau konselor dapat membantu mereka mengidentifikasi pikiran negatif, mengembangkan strategi untuk mengelola stres, dan mengatasi masalah emosional atau psikologis lainnya yang mungkin mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi kognitif perilaku (CBT) khususnya telah terbukti efektif dalam mengobati stress pada lansia dengan mengubah pola pikir yang merugikan.
- Perhatian pada Nutrisi dan Pola Makan
Nutrisi yang tepat memberikan energi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari dan mendukung fungsi otak yang optimal. Memperhatikan asupan nutrisi seperti omega-3, vitamin B kompleks, dan magnesium dapat memberikan manfaat tambahan dalam mengurangi gejala stress.
Apa yang harus dilakukan apabila lansia mengalami stress ? Jika seorang lansia mengalami stress, langkah pertama yang penting adalah mendengarkan dengan penuh pengertian dan memberikan dukungan emosional. Selanjutnya, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan penanganan yang tepat. Terlibatlah aktif dalam membantu mereka untuk tetap terlibat dalam aktivitas sosial dan fisik yang bermanfaat. Pastikan juga bahwa mereka memiliki akses terhadap perawatan medis yang dibutuhkan, termasuk terapi atau obat-obatan yang diresepkan. Mendukung dan menjaga komunikasi terbuka dengan lansia dalam keluarga adalah kunci untuk membantu mereka pulih dari stress.
Saran untuk Keluarga yang Memiliki Lansia
- Berkomunikasi Secara Terbuka
Penting untuk selalu membuka saluran komunikasi dengan lansia dalam keluarga. Jadwal rutin untuk berbicara, mendengarkan, dan memahami kebutuhan serta keinginan mereka. Jika lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, berikan waktu ekstra dan tunjukkan kesabaran untuk memahami apa yang mereka maksud.
- Berikan Dukungan Emosional
Lansia mungkin mengalami berbagai perasaan seperti kecemasan, kesepian, atau bahkan kebingungan. Memberikan dukungan emosional secara konsisten dapat membantu mereka merasa lebih aman dan nyaman. Tunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan cara yang mereka terima dengan baik, misalnya dengan menghabiskan waktu bersama atau mendengarkan cerita mereka.
- Ajak Lansia untuk Terlibat dalam Kegiatan Keluarga
Melibatkan lansia dalam aktivitas keluarga tidak hanya membangun ikatan yang lebih kuat tetapi juga memberikan mereka perasaan dihargai dan terlibat. Pilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka, seperti permainan keluarga, memasak bersama, atau berjalan-jalan ringan.
- Pastikan Akses Terhadap Layanan Kesehatan
Memastikan lansia memiliki akses yang mudah dan lancar ke layanan kesehatan sangat penting. Bantu mereka dalam administrasi medis, seperti membuat janji dokter, mengatur transportasi, atau memahami resep obat. Kemudian memperhatikan perubahan dalam kesehatan fisik atau mental mereka dan segera cari bantuan medis jika diperlukan.
Merawat lansia dapat menghadirkan manfaat yang signifikan bagi diri sendiri. Proses perawatan dapat memperkuat ikatan emosional antara anggota keluarga, meningkatkan rasa penghargaan terhadap sikap sabar dan empati, serta memperluas pemahaman tentang proses penuaan dan perubahan kehidupan. Menjaga lansia dalam aktivitas sehari-hari juga mencerminkan nilai-nilai keluarga yang kuat seperti rasa hormat, kasih sayang, dan tanggung jawab. Melalui merawat lansia, seseorang juga dapat memperoleh kepuasan batin dari kontribusi positif terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup mereka.
Menjaga lansia memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan namun, memberi kesempatan untuk menunjukan rasa cinta dan perhatian yang mendalam kepada mereka. Memberikan perhatian dan perawatan kepada lansia adalah bentuk penghormatan terhadap kehidupan dan kontribusi mereka selama ini. Hal ini juga menunjukan bahwa mereka dihargai dan dihormati dalam keluarga.
Daftar Pustaka
Kristanto, B., & Agustina, R. F. (2018). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia. KOSALA: Jurnal …. http://ejurnal.akperpantikosala.ac.id/index.php/kjik/article/view/142
Mudakir, J., Hastutiningtyas, W. R., & Rosdiana, Y. (2022). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Sidangoli Maluku Utara. 103.164.117.216. http://103.164.117.216/handle/071061/1338
Smara, E. W., Warjiman, W., & … (2024). Tanda Gejala Depresi yang dialami Lansia di Salah Satu Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia di Kalimantan Selatan. Jurnal Medika …. https://jurnal.stikeskesdam4dip.ac.id/index.php/Medika/article/view/921